11 Emitter Siap Melantai di BEI pada Sisa Tahun 2025
Pada sisa tahun 2025, sebanyak 11 emiten dari berbagai sektor siap mencatatkan saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Analis memprediksi bahwa emiten dari sektor teknologi dan basic materials akan menjadi bintang utama dalam gelombang penawaran umum perdana saham (IPO) tersebut. Berdasarkan data yang tercatat di Bursa, kesebelas calon emiten ini berasal dari beragam sektor seperti konsumer, basic materials, finansial, transportasi dan logistik, industrial, hingga teknologi.
Secara historis, sepanjang 2025 sudah ada 23 emiten yang resmi melantai di Bursa. Dari jumlah tersebut, delapan emiten tercatat mengalami penurunan harga saham sejak IPO, sebagian besar berasal dari sektor konsumer. Rinciannya, dua emiten dari konsumer siklikal dan dua dari konsumer nonsiklikal, sedangkan empat lainnya berasal dari sektor kesehatan, properti, infrastruktur, dan basic materials.
Potensi Kinerja Positif Sektor Basic Materials dan Teknologi
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia, menilai saham pendatang baru dari sektor basic materials dan teknologi berpotensi mencatatkan kinerja impresif di sisa tahun ini. Menurutnya, tren harga komoditas yang tengah menanjak menjadi katalis penting bagi sektor tersebut.
“Sektor teknologi dan basic material cukup menarik dan berpotensi mencatatkan kinerja positif karena basic material terkait dengan komoditas,” ujar Liza saat dihubungi, Selasa (7/10/2025).
Kinerja apik sektor tersebut tercermin dari langkah PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS) yang resmi mencatatkan sahamnya di Bursa pada September lalu. Dalam IPO, EMAS melepas saham di harga Rp2.880 per lembar, dan kini telah melonjak ke level Rp4.350 per lembar pada perdagangan Selasa (7/10/2025). Antusiasme investor terhadap saham EMAS pun tinggi, tercermin dari kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 4,62 kali. Lonjakan minat ini sejalan dengan reli harga emas global yang menopang prospek fundamental perseroan.
Tren Harga Emas yang Menguntungkan
Sepanjang 2025, harga emas dunia memang berada dalam tren bullish. Sebagai gambaran, harga emas spot yang pada 2 Januari 2025 berada di level US$2.658 per ons kini telah menembus US$3.965,7 per ons. Sejumlah analis memperkirakan momentum penguatan ini masih berlanjut hingga akhir tahun.
Di sisi lain, kebijakan penurunan suku bunga yang diproyeksikan berlanjut juga memberi angin segar bagi sektor teknologi. Liza menilai, kondisi moneter yang longgar akan menjadi katalis positif bagi emiten teknologi yang sensitif terhadap biaya pinjaman.
“Di tengah penurunan suku bunga dan peningkatan likuiditas, sektor teknologi akan menarik karena interest cost yang turun,” lanjutnya.
Faktor Fundamental dan Prospek Bisnis
Sementara itu, Associate Director Pilarmas Investindo, Maximilianus Nicodemus, menilai bahwa daya tarik IPO di penghujung 2025 akan sangat bergantung pada fundamental dan prospek bisnis calon emiten. “Memang sektor berpengaruh, terutama untuk consumer yang berkorelasi dengan daya beli. Namun bila perusahaan yang akan melantai memiliki fundamental kuat, prospek cerah, dan pendanaan untuk ekspansi, nikmat mana yang akan kita tolak?” ujarnya.
Nico menambahkan, afiliasi dengan konglomerat besar akan semakin meningkatkan minat pasar terhadap saham-saham baru. Menurutnya, kombinasi penguatan IHSG, fundamental yang solid, dan reputasi grup besar akan menjadi faktor pendorong utama minat investor.
“Momentum IHSG yang menguat memberikan ekspektasi positif bagi perusahaan yang akan IPO. Kenaikan IHSG menjadi sinyal pemulihan ekonomi yang ditopang program dan kebijakan baru, baik fiskal maupun moneter,” tambahnya.
Reputasi Pemilik dan Kredibilitas Underwriter
Senada, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menilai faktor sektoral bukan satu-satunya penentu keberhasilan IPO di Indonesia. Menurutnya, reputasi pemilik emiten dan kredibilitas underwriter juga menjadi pertimbangan utama investor.
“Jika emiten yang akan IPO berasal dari grup besar dengan rekam jejak saham yang menarik, maka minat pasar baik dari investor ritel maupun institusi akan cenderung tinggi,” kata Ekky.