Kilang Minyak Minim, BKPM: Belum Ada Investor Baru

Kementerian Investasi dan Hilirisasi: Tidak Ada Pengajuan Investasi untuk Kilang Minyak Baru

Sampai saat ini, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM belum menerima pengajuan investasi baru untuk proyek kilang minyak di Indonesia. Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan, menyampaikan bahwa hingga kini, tidak ada investasi yang masuk baik dari penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Menurut Nurul, investor yang ingin berinvestasi di sektor hilir migas Indonesia biasanya menyatakan minatnya melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Jika rencana proyek tersebut telah disetujui oleh Kementerian ESDM, maka BKPM akan memproses perizinan berusaha. Namun, hingga saat ini, belum ada perizinan yang sedang diproses.

“Belum menyampaikan ke kami. Pada prinsipnya nanti kalau mereka [investor] sudah punya desainnya, pasti nanti akan di-submit ke Kementerian ESDM dan nanti izinnya juga ada,” kata Nurul di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

BKPM hanya dapat memberikan fasilitas insentif ketika rencana pembangunan kilang baru tersebut telah direstui Kementerian ESDM. Selain itu, calon investor juga harus memiliki nomor induk berusaha (NIB).

Oleh karena itu, BKPM tidak terlibat langsung dalam memboyong calon investor untuk berinvestasi di proyek kilang minyak di Tanah Air. Nurul menegaskan bahwa calon investor lebih banyak berkoordinasi dengan Kementerian ESDM. Dalam hal ini, BKPM akan ikut memberikan fasilitas jika proyek tersebut sudah memenuhi syarat.

“Nah, kalau mereka kemudian sudah ketemu, bisa moving forward dengan kesetujuan membentuk joint venture, kemudian juga akan melakukan perluasan, impor mesin dan peralatan, dari sisi-sisi itu nanti sejauh itu yang di downstream-nya, kami bisa memberikan fasilitas-fasilitas,” ujar Nurul.

Sindiran Menteri Keuangan terhadap Pertamina

Pembangunan kilang sempat menjadi sorotan setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyentil Pertamina yang dianggap malas membangun kilang minyak baru. Sindiran tersebut dilontarkan saat menghadiri Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Selasa (30/9/2025). Purbaya menyinggung Pertamina karena lamban mengurus pembangunan kilang baru. Akibatnya, negara harus mengimpor BBM dari Singapura.

“Jadi kilang itu bukan kita enggak bisa bikin, atau kita enggak bisa bikin proyeknya, cuma Pertamina malas-malasan saja,” ucap Purbaya.

Dia mengaku pernah mengultimatum Pertamina bahwa akan ada investor China yang mau membangun kilang di Indonesia. Namun, Pertamina keberatan lantaran merasa sudah overkapasitas. Mendengar hal tersebut, Purbaya mengaku kaget. Sebab, perusahaan pelat merah itu mengklaim bakal membangun tujuh kilang baru dalam 5 tahun.

“Mereka [Pertamina] bilang, iya, tapi segera-segera akan jadi. Sampai sekarang enggak jadi, yang ada malah beberapa dibakar kan,” tutur Purbaya.

Respons Pertamina

Sementara itu, Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina Agung Wicaksono mengatakan, Perseroan saat ini memiliki proyek kilang yang hampir rampung dibangun. Proyek yang dimaksud adalah Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan.

“Ada satu kilang di Balikpapan yang sedang dibangun dan sedang dikebut untuk bisa selesai. Ini menunjukkan bahwa Pertamina menjalankan dorongan dari pemerintah,” kata Agung saat ditemui di acara Switzerland – Indonesia Infrastructure Conference 2025 di Jakarta, Jumat (3/10/2025).

Agung menuturkan, saat ini progres pembangunan RDMP Balikpapan sudah mencapai sekitar 96%. Dia menyebut, proyek senilai US$7,4 miliar tersebut nantinya dapat meningkatkan produksi minyak Perseroan dari 260.000 barel per hari (bph) menjadi 360.000 bph. Agung mengatakan, perseroan menargetkan kilang di Balikpapan dapat mulai berproduksi pada tahun ini.

Di sisi lain, Agung juga mengungkap tantangan pembangunan kilang minyak. Menurutnya, salah satu kendala adalah kondisi ekonomi global yang kurang kondusif. Pasar minyak global saat ini tengah mengalami kelebihan pasokan atau oversupply. Di sisi lain, tingkat permintaan terhadap minyak tengah melemah seiring dengan upaya transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan.

Dia menambahkan, bisnis kilang membutuhkan investasi besar dan risiko yang tinggi. Hal ini ditambah dengan kompetisi dengan perusahaan lain yang membuat kilang dengan teknologi yang lebih efisien sehingga berdampak pada tingginya kompetisi dan margin yang tipis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *