Sedee.xyz, MARTAPURA –
Di sebuah dapur sederhana yang berada di pusat keheningan aktivitas serta ketidaktentuan ekonomi disebabkan oleh pandemi Covid-19 pada tahun 2021, seorang wanita bernama Ristina menyulut asa barunya.
Mengandalkan keberanian serta kemampuan dalam menangani jamur, dia memulai bisnis skala kecil yang saat ini terkenal dengan nama Jamocy Martapura.
Terletak di Jalan Merdeka, Kelurahan Paku Sengkunyit, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan, Jamocy Martapura menjadi salah satu UMKM yang bertahan dan berkembang di masa sulit.
Usaha ini bermula dari keinginan Ristina untuk membantu perekonomian keluarga di tengah keterbatasan.
“Pertama-tama mencobanya lantaran belum ada penjual keripik jamur di Martapura,” ungkap Ristina ketika ditemui dirumah makan miliknya yang sudah mulai dipadati pelanggan, pada hari Selasa (29/04/2025).
Dengan harga terjangkau sekitarRp10.000 untuk setiap porsionya keripik jamur, ayam geprek dengan rangeharga antara Rp11.000 sampai Rp16.000, dan juga ayam goreng tepung bercita rasa saus pedas lava gunung senilai Rp15.000, warung makan Jamocy menyajikan masakan berbumbu istimewa yang mengingatkan pada hidangan buatan sendiri di rumah.
Beberapa pilihan lainnya pun bervariasi, meliputi telur goreng tepung, ayam goreng, stick kentang, serta nugget ayam, sampai dengan hidangan khas Palembang seperti pempek, model, dan tekwan.
Permintaan pelanggan yang semakin meningkat juga mendorong Ristina untuk mengambah variasi menu.
“Mulanya hanya menjual jamur, kemudian ada yang bertanya, ‘Apakah tersedia ayam geprek, Dak? Apakah juga disediakan dengan nasi?’,” katanya mengingatkan.
Menjawab panggilan tersebut, dia lantas memulai percobaan dengan berbagai macam resep ayam geprek yang tersebar luas di dunia maya.
Agar mencapai keperfectionan rasa dari ayam geprek tersebut, Ristina tidak cukup dengan menggunakan resep yang telah tersedia saja.
Dia mengolah rempah-rempahnya secara mandiri dengan mencoba beragam resep dari internet, kemudian memodifikasinya sesuai dengan preferensinya.
“Bermacam-macam ayam geprek ada di Martapura, namun saya masih belum menemukan yang sesuai dengan selera saya. Oleh karena itu, saya mempelajari bagaimana proses pembuatannya lalu mengembangkan versi buatan sendiri,” jelasnya.
Ristina tidak cukup hanya mengikuti langkah-langkah asli dan memilih untuk menyesuaikan rempah-rempah berdasarkan preferensinya sendiri.
Hasilnya? “Alhamdulillah terjual, dan jumlah pembeli bertambah setiap harinya,” katanya dengan senyum di wajahnya.
Awalnya, semua aktivitas dilaksanakan di dalam rumah. Dengan peningkatan jumlah pelanggan, bisnis yang pada mulanya dimulai dari rumah telah berpindah ke warung.
Dukungan dari pasangan suami menjadi faktor penting, walaupun mereka sama-sama setuju untuk tidak meminjam uang dan hanya bergantung pada tabungan mereka.
“Suami saya enggan mengambil pinjaman untuk modal usaha ini. Oleh karena itu, kita menyisihkan uang terlebih dahulu,” jelasnya.
Salah satu hambatan yang dialami adalah ketersediaan bahan mentah, terlebih lagi untuk jenis jamur tersebut.
“Jika membeli di pasaran, harga cenderung tinggi dan kualitasnya terkadang tidak bagus, bahkan bisa sudah kuning,” katanya.
Untuk menyelesaikan masalah itu, Ristina pada akhirnya memutuskan untuk mencari penyedia langsung dari para peternak jamur setempat.
Saat ini, suplai jamur telah menjadi lebih stabil baik dalam hal mutu maupun biaya.
Tidak seperti jamur, bahan mentah ayam lebih mudah untuk didapatkan.
Hal ini mempermudah proses produksi menu-menu unggulan yang kini menjadi favorit pelanggan.
Agar semakin beragam sajian dan lebih menarik bagi pengunjung, Ristina pun melibatkan keluarganya dalam menyajikan kuliner khas Palembang di tempat usahanya tersebut.
Langkah ini terbukti membawa keberagaman dan memperluas segmen pasar UMKM Jamocy.
Walaupun sudah tumbuh besar, Ristina menyatakan bahwa dirinya belum pernah mendapatkan dukungan apa pun dari pihak pemerintah setempat.
Dia menginginkan agar fokus lebih banyak diberikan pada para pebisnis UMKM kecil yang masih terus berusaha untuk menjadi mandiri.
Menurutnya, bagi para pengusaha UMKM kecil, modal sangat krusial. Tanpa adanya modal, pertumbuhan bisnis menjadi terkendala. Ia pun mengungkapkan doanya semoga tersedia dukungan yang disesuaikan dengan keperluan setiap UMKM individu.
Jamocy Martapura merupakan bukti konkret bahwa kreativitas, ketekunan, serta dukungan keluarga dapat mengembangkan bisnis mulai dari titik awal, termasuk di saat-saat paling menantang.
Upaya ini tidak sekadar menyokong ekonomi keluarga Ristina, tetapi juga memberikan motivasi kepada pengusaha UMKM lainnya di OKU Timur.
Temukan berita menarik lainnya di
Google News
Gabung dan ikuti grup WhatsApp tersebut.
Tribunsumsel